Rabu, 31 Juli 2013
Senin, 08 Juli 2013
Apa yang kubatasi?
oleh : Lilis mardiyatun
Tut.tut.tut
Berkabut nista bergalut padat
Tercipta suasana yang teramat sangat
Kaki ini berhasrat
Lupuk demi lupuk
Bahasa demi bahasa menumpuk
Bahtera menggiring dan merajuk
Mimpi terhapus mengkecamuk
Hanya satu tertutup
Kilau yang begitu meletup-letup
Bunga bernyanyi tanpa berkatup
Bak sungai mengalir menjulur dan menutup
Hanya satu itu yang kumengerti
Syair dimana yang seharusnya kubatasi
Lelehan hati yang berkobarkan api
Tanpa tau apa yang terjadi
Tut.tut.tut
Berkabut nista bergalut padat
Tercipta suasana yang teramat sangat
Kaki ini berhasrat
Lupuk demi lupuk
Bahasa demi bahasa menumpuk
Bahtera menggiring dan merajuk
Mimpi terhapus mengkecamuk
Hanya satu tertutup
Kilau yang begitu meletup-letup
Bunga bernyanyi tanpa berkatup
Bak sungai mengalir menjulur dan menutup
Hanya satu itu yang kumengerti
Syair dimana yang seharusnya kubatasi
Lelehan hati yang berkobarkan api
Tanpa tau apa yang terjadi
Minggu, 07 Juli 2013
Puisi Pertamaku
Oleh : Lilis.Mardiyatun
Begitu
tau apa yang dirasakan
tak mampu berkutik meski diangan
apakah terkelupas lagi?
mungkin tak begitu mampu berdiri
tapi berujung lagi kelembutan yang terpancar
tak tau kah? Matamu berbicara seakan tak bersinar
mungkin tak sepantasnya ada
beri tahu tentang dirimu yang nyata
tak mampukah kau berbagi dengan ku?
jika benar adanya,mengapa begitu ragu?
nyatanya kau terhempas dari edaran yang semu
pada hakikatnya,dirimu sediri yang menggerutu
apakah kau perlu bantuan tuhan?
jika iya,mengapa tak kau adukan?
mengapa hanya terdiam lemah?
tak taukah,ada apa kah?
membanjiri diri sendiri dengan keputusan semu
berotak dan hanya bergerutu
sampai kapan??
tak mampu berkutik meski diangan
apakah terkelupas lagi?
mungkin tak begitu mampu berdiri
tapi berujung lagi kelembutan yang terpancar
tak tau kah? Matamu berbicara seakan tak bersinar
mungkin tak sepantasnya ada
beri tahu tentang dirimu yang nyata
tak mampukah kau berbagi dengan ku?
jika benar adanya,mengapa begitu ragu?
nyatanya kau terhempas dari edaran yang semu
pada hakikatnya,dirimu sediri yang menggerutu
apakah kau perlu bantuan tuhan?
jika iya,mengapa tak kau adukan?
mengapa hanya terdiam lemah?
tak taukah,ada apa kah?
membanjiri diri sendiri dengan keputusan semu
berotak dan hanya bergerutu
sampai kapan??
Kau
titik-titik..
aku menemukan dirimu dalam gelapnya naluri
sepintas percakapan yang kita ciptakan
meski hanya dialam maya..
kau tau?
ketika kugoreskan penatnya jiwa yang rapuh ini…
air bola mata ini membanjiri keyboard bersahaja…
ketika ku tulis
sebait alunan yang ku ungkap…
setitik sandaran..
tak jua berangan…
hujan menggenggam matahari..
Tanpa bertele-tele memahami..
beberapa menghiraukan..
ilalang tertunduk pilu sendirian..
Tak bertopang!
ilalang membisu…
Begitu riangnya burung-burung cemara bergurau!
sedetik…
bahkan tak akan pernah tau alasan yang pasti…
begitulah kiranya goresan penatku…
detik per detik..
menit per menit..
kau muncul membalas dan mebawa sepucuk alunan…
Titik-titik berkata…
Ketika pintu waktu tertutup
matamu akan membuka
dinding dinding udara menjadi cermin
cermin cermin menjadi dirimu!
^_^
aku menemukan dirimu dalam gelapnya naluri
sepintas percakapan yang kita ciptakan
meski hanya dialam maya..
kau tau?
ketika kugoreskan penatnya jiwa yang rapuh ini…
air bola mata ini membanjiri keyboard bersahaja…
ketika ku tulis
sebait alunan yang ku ungkap…
setitik sandaran..
tak jua berangan…
hujan menggenggam matahari..
Tanpa bertele-tele memahami..
beberapa menghiraukan..
ilalang tertunduk pilu sendirian..
Tak bertopang!
ilalang membisu…
Begitu riangnya burung-burung cemara bergurau!
sedetik…
bahkan tak akan pernah tau alasan yang pasti…
begitulah kiranya goresan penatku…
detik per detik..
menit per menit..
kau muncul membalas dan mebawa sepucuk alunan…
Titik-titik berkata…
Ketika pintu waktu tertutup
matamu akan membuka
dinding dinding udara menjadi cermin
cermin cermin menjadi dirimu!
^_^
Sigap
diriku memberi story baru…
Melintas saja…
Tak ada yang memberi tanda tentang dinding dinding udara!
Begitukah waktu yang kau sebut tertutup?
bergerak menyusuri hembusan embun bersayup… :D
Titik titik bermanaja melantunkan penanya…
membalas sepucuk alunan nistaku…
Dengan gaun hujan
Lalu desember genit menari..
pelan pelan rambutnya berguguran
bersiap mati…
Demi januari yang kelak menghidupkannya lagi…
untukmu yang telah berlalu..
Desember januariku!
hahaayy
Melintas saja…
Tak ada yang memberi tanda tentang dinding dinding udara!
Begitukah waktu yang kau sebut tertutup?
bergerak menyusuri hembusan embun bersayup… :D
Titik titik bermanaja melantunkan penanya…
membalas sepucuk alunan nistaku…
Dengan gaun hujan
Lalu desember genit menari..
pelan pelan rambutnya berguguran
bersiap mati…
Demi januari yang kelak menghidupkannya lagi…
untukmu yang telah berlalu..
Desember januariku!
hahaayy
Bibirku
spontan tersenyum merdu…
Lantas….
Acapkali kau bergeming tak melihat..
Sejauh apa desember jauari yang kau kobarkan…
Membunuh setiap langkah jejak hujanmu…
Berpegang erat layaknya berpadu pada kesialan…
kasihan…
haha
Lantas….
Acapkali kau bergeming tak melihat..
Sejauh apa desember jauari yang kau kobarkan…
Membunuh setiap langkah jejak hujanmu…
Berpegang erat layaknya berpadu pada kesialan…
kasihan…
haha
Titik
titik bernuansa..
Berawal sebuah kata
Kata menderetkan luka
Dan melahirkan puisi,lalu buku…
Dan kita membaca…
Membaca kita yang tak tahu
Buku menjadi bisu
Ketika tidak bertemu mata..
mata menjadi buta
Disebab acuhkan luka
Kita adalah kata
Yang perlu dibaca
Sebelum membaca
luka lainnya!
Kita,luka dan kata
wkwkwk
kelu bibirku tertawa..
tak putus asa tangan ini meraih kata kembali..
Miliaran kumbang berlari
Miliaran madu mencari
Beribu debu berkutik
Beribu canda menggelitik
Beratus percikan api menampar!
Beratus keegoan terpancar!
Berpuluh puluh tercabik
Berpuluh puluh bergidik
Sampai bertemu luka dalam kata yang kau baca!
>> asek!
Kertas-kertas kalender basah,
Keringat dan air mata
cahayamu redup,saya berkata:
“kasian deh loe!”
hahay
setidaknya diriku menjawab singkat teorinya..
haha trimakasih-trimakasih…
Berawal sebuah kata
Kata menderetkan luka
Dan melahirkan puisi,lalu buku…
Dan kita membaca…
Membaca kita yang tak tahu
Buku menjadi bisu
Ketika tidak bertemu mata..
mata menjadi buta
Disebab acuhkan luka
Kita adalah kata
Yang perlu dibaca
Sebelum membaca
luka lainnya!
Kita,luka dan kata
wkwkwk
kelu bibirku tertawa..
tak putus asa tangan ini meraih kata kembali..
Miliaran kumbang berlari
Miliaran madu mencari
Beribu debu berkutik
Beribu canda menggelitik
Beratus percikan api menampar!
Beratus keegoan terpancar!
Berpuluh puluh tercabik
Berpuluh puluh bergidik
Sampai bertemu luka dalam kata yang kau baca!
>> asek!
Kertas-kertas kalender basah,
Keringat dan air mata
cahayamu redup,saya berkata:
“kasian deh loe!”
hahay
setidaknya diriku menjawab singkat teorinya..
haha trimakasih-trimakasih…
Aku tahu
siapa dirimu wahai titik titik merdu…
aku tau dirimu….
ketika dulu aku hanya mampu mendengar suara merdumu
aku mendengar alunan ayat yang kau baca…
indah,merasuk…
aku tau dirimu….
ketika dulu aku hanya mampu mendengar suara merdumu
aku mendengar alunan ayat yang kau baca…
indah,merasuk…
sempat terbelit..
“aku iri pada keindahan suara mu!”
ya! Aku sangat iri!
kau titik titik…
aku sempat melihatmu beberapa kali di kala itu..
banyak kisah yang terlontar dari kaum hawa di sekitarku dulu….
tentang keberadaanmu,tentang suara mu…
ya..kau qori’ yang selama ini di puja-puja oleh mereka…
ketika aku tau itu dirimu…
mimik ini hanya mampu diam…
teringat kembali sa’at aku tenggalam dalam kehampaan penjara suci….
dongeng yang begitu nyata…
begitu mengherankan…
begitulah kiranya diriku menyapamu…
begitulah caraku berkomunikasi padamu..
lewat puisi…
puisi menggelora…
###
Bergerak
lagi kesendirian yang nyata di pelapuk mata sayu dan cekungku..
Katanya tak ada alasan untuk tidak mnsyukuri hidup…
Aku terdiam sejenak…
Sempat menahan rasa kekeliruan dalam benak yang terhenti…
Memendang jauh dalam sudut yang rumit..
Entah benar atau salah..
Pada dasarnya merubah kepercayaan itu tidak lah mudah
Sebenarnya untuk apa aku mengulurkan tangan yang hanya menjadi kobaran api belaka…
apa yang ada dalam benak benak rumput belantara..
mendengus pun tak terdengar..
apa yang terbuat dalam sahaja berparas..
jika dalam lamunan saja mengajak bibir ini berceloteh
mampu meresap
mampu bergurau lembut…
aku bak terjemur dalam kegelapan…
masih banyak kisah dibalik jeruji-jeruji kesederhanaan
tinggal mengkaitkan gembok yang belum terpampang sempurna..
hai dermaga!
untuk apa kau tercengang menghadapi arus?
kau bilang..
“aku hanya ingin dia saja”
aku tak mengerti apa yang kau ucapkan!
“hai dermaga!..mengapa kau mau menunggu semuanya?”
“karna aku suka menungggu! Itu saja!”
“tak bosankah dengan kehidupan yang itu-itu saja?”
“tak bosan!justru aku senang!”
wahai dermaga andai pelapuk hatiku
mengerti akan sikapmu..
mungkin aku sudah berangkat menuju kebahagianmu itu…
tapi…
ah…sudahlah…
aku punya tujuan sendiri!
tentu tersadar tanpa alasan..
mengitari dermaga sekali lagi..
dan dermaga menulis..
Katanya tak ada alasan untuk tidak mnsyukuri hidup…
Aku terdiam sejenak…
Sempat menahan rasa kekeliruan dalam benak yang terhenti…
Memendang jauh dalam sudut yang rumit..
Entah benar atau salah..
Pada dasarnya merubah kepercayaan itu tidak lah mudah
Sebenarnya untuk apa aku mengulurkan tangan yang hanya menjadi kobaran api belaka…
apa yang ada dalam benak benak rumput belantara..
mendengus pun tak terdengar..
apa yang terbuat dalam sahaja berparas..
jika dalam lamunan saja mengajak bibir ini berceloteh
mampu meresap
mampu bergurau lembut…
aku bak terjemur dalam kegelapan…
masih banyak kisah dibalik jeruji-jeruji kesederhanaan
tinggal mengkaitkan gembok yang belum terpampang sempurna..
hai dermaga!
untuk apa kau tercengang menghadapi arus?
kau bilang..
“aku hanya ingin dia saja”
aku tak mengerti apa yang kau ucapkan!
“hai dermaga!..mengapa kau mau menunggu semuanya?”
“karna aku suka menungggu! Itu saja!”
“tak bosankah dengan kehidupan yang itu-itu saja?”
“tak bosan!justru aku senang!”
wahai dermaga andai pelapuk hatiku
mengerti akan sikapmu..
mungkin aku sudah berangkat menuju kebahagianmu itu…
tapi…
ah…sudahlah…
aku punya tujuan sendiri!
tentu tersadar tanpa alasan..
mengitari dermaga sekali lagi..
dan dermaga menulis..
aku bertanya
“apa yang kau ungkap dermaga?”
“mengapa kau begitu ingin tau belantara?”
“bukankah aku sudah terbiasa bertanya seperti itu padamu dermaga?mengapa kau begitu menggerutu?”
“bukan urusan hatimu belantara! Pergi!”
aku tak mengerti dengan caranya bergeming..
ku pandang dermaga dari kejauhan..
begitu asyik dengan pena dan syair yang telah dia ciptakan….
terbesit..mungkinkah kau sudah tak lagi menunggunya dermaga?
mungkin kau sudah lelah menunggu?
semoga dermaga…
aku sangat mengharapkan begitu…
“apa yang kau ungkap dermaga?”
“mengapa kau begitu ingin tau belantara?”
“bukankah aku sudah terbiasa bertanya seperti itu padamu dermaga?mengapa kau begitu menggerutu?”
“bukan urusan hatimu belantara! Pergi!”
aku tak mengerti dengan caranya bergeming..
ku pandang dermaga dari kejauhan..
begitu asyik dengan pena dan syair yang telah dia ciptakan….
terbesit..mungkinkah kau sudah tak lagi menunggunya dermaga?
mungkin kau sudah lelah menunggu?
semoga dermaga…
aku sangat mengharapkan begitu…
Kini aku masih berlarut dalam cahaya yang pernah kau lontarkan dermaga.
Aku masih sibbuk dengan kata-katamu yang tak kunjung ku jiwai!
Kamu dermaga! ya kamu! aku begitu terpesona dengan caramu mengayuhkan kokohnya tuturmu
Jadi sampai dimanakah kau dengannya?
Aku melihatmu tanpa tau apa yang membuatmu begitu bergelora.
Aku masih sibbuk dengan kata-katamu yang tak kunjung ku jiwai!
Kamu dermaga! ya kamu! aku begitu terpesona dengan caramu mengayuhkan kokohnya tuturmu
Jadi sampai dimanakah kau dengannya?
Aku melihatmu tanpa tau apa yang membuatmu begitu bergelora.
Sampai akhirnya kau hanya dapat balasan yang tak sama!
"dermaga?" tanyaku
"bagaimana mungkin kau hanya mengitari hatinya saja?"
"ketahuilah belantara! aku bukan apa yang kamu pikirkan sekarang!"
"kau sudah tak berarti dimatanya!"
"aku tau!"
"lantas kenapa selalu bertahan?"
"lentera... kau hanya tau apa yang aku rasakan,tapi kau tidak pernah tau apa yang aku tunjukkan"
"dermaga?" tanyaku
"bagaimana mungkin kau hanya mengitari hatinya saja?"
"ketahuilah belantara! aku bukan apa yang kamu pikirkan sekarang!"
"kau sudah tak berarti dimatanya!"
"aku tau!"
"lantas kenapa selalu bertahan?"
"lentera... kau hanya tau apa yang aku rasakan,tapi kau tidak pernah tau apa yang aku tunjukkan"
Langganan:
Postingan (Atom)